Berbagi, Mengabdi, Bersama Membangun Negeri

Minggu, 18 September 2016

Memantaskan Diri untuk Menjemput Mimpi

" Tugas kita hanya memantaskan diri untuk mimpi kita di hadapan Allah. Jika Allah telah berkehendak dan menganggap kita pantas mendapatkannya, maka tidak ada satu hal pun yang dapat menghalangi kita untuk mendapatkannya." 
 Oleh: Mawwadatul Ashfa
Jika orang lain hanya mempercayai kata-kata itu, saya meyakininya. Memantaskan diri untuk mimpi, itulah yang saya yakini selama ini. Keinginan saya untuk mengikuti program internasional terutama exchange sudah ada sejak lama sebelum saya masuk ke dunia perkuliahan. Saya bahkan menuliskan keinginan saya tersebut di dinding kamar saya, di buku agenda saya dan di laptop saya. Namun apalah arti sebuah mimpi bila tanpa sebuah usaha untuk mewujudkannya?

Awalnya, saya ingin mengikuti program exchange yang diselenggarakan oleh fakultas, yang mensyaratkan mahasiswa minimal semester 3 yang dapat mengikuti program tersebut. Namun, ketika saya masuk semester 3, program exchange tersebut telah ditiadakan oleh fakultas. Ternyata, Allah menjawab mimpi saya dengan cara lain melalui International Youth Singapore Cutural and Education Exchange 2016 yang diadakan oleh EdConex Indonesia, tentu saja setelah saya berhasil lolos seleksi berkas dan wawancara.

Kegiatan IYSCEE ini bertema Strategic Development of Singapore Education. Rangkaian kegiatan inti dari program ini adalah International Seminar, International Panel Discussion, Cultural Exchange. Dilanjutkan dengan kegiatan Campus Visit dan Field Trip.

Seminar Internasional ini diadakan di NTU dengan tema The Singapore Education Development Strategy. Seminar ini membahas tentang sistem pendidikan di Singapura berikut penerapannya serta membahas bagaimana budaya yang berkembang dalam masyarakat sehingga terbentuk masyarakat yang terdidik dan berpendidikan. 

Kegiatan diskusi panel (International Panel Discussion) dilakukan usai seminar internasional. Pada diskusi ini, semua delegasi menjadi speaker dan mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai berbagai persoalan tentang pendidikan di Indonesia dan solusi yang bisa ditawarkan untuk memecahkan persoalan tersebut. Dimulai dengan mengupas tentang What is good and bad about Singapore education development strategy? What is good and bad about Indonesia education development strategy? What can be implemented into Indonesia from Singapore education development strategy? Diskusi ini dilakukan dengan mahasiswa NTU, sehingga para delegasi mempunyai gambaran langsung dari mahasiswa NTU tentang bagaimana sistem pendidikan di Singapura. Harapan kedepannya, hasil dari diskusi ini akan dibukukan dan dapat disampaikan kepada birokrasi pemerintah, sebagai wujud konstribusi nyata terhadap pendidikan Indonesia.

Kegiatan selanjutnya adalah Cultural Exchange. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengalaman, khususnya terkait kebudayaan di Singapura. Bentuk kegiatannya berupa kunjungan ke tempat-tempat yang menyimpan nilai sejarah Singapura, seperti Little India, Mesjid Sultan dan Chinatown. Kunjungan ini juga bertujuan untuk mempelajari budaya masyarakat Singapura sebagai negara maju. Tatanan kehidupan di Singapura sangat disiplin, toleransi, bersih dan tertib. Selain itu, sistem pemerintahan di Singapura yang sangat tertata menjadi salah satu pendukung Singapura menjadi negara maju seperti saat ini, terutama dalam bidang pendidikan. Singapura merupakan salah satu dari 10 negara terbaik yang memiliki sistem pendidikan berkualitas.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan Campus Visit, yang berlangsung di NTU. Campus visit ini bertujuan untuk menambah wawasan, serta memahami budaya belajar mengajar di salah satu kampus terbaik dunia. Hal ini menjadi salah satu referensi bagi kami untuk melanjutkan studi ke luar negeri.

Dilanjutkan dengan Field Trip yang merupakan kegiatan berwisata di berbagai objek wisata Singapura, yang sekaligus dimanfaatkan sebagai ajang berlibur oleh para delegasi. Field Trip ini meliputi beberapa obyek wisata, diantaranya adalah Universal Studio, Garden by the Bay, Merlion Park dan Asian Civilisation Museum. Asian Civilisation Museum yang bertempat di sebuah bangunan bersejarah dekat Singapore River ini menceritakan kisah peradaban budaya Asia kuno melalui koleksi permanennya.

Di bagian akhir catatan perjalanan saya, saya ingin menggarisbawahi bahwa memantaskan diri bukan hanya tentang mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi dan keinginan kita. Kita juga harus meyakini bahwa apa yang kita impikan bukan hanya sekedar angan kosong, melainkan angan yang pasti bisa untuk diwujudkan. Meyakini bahwa dengan adanya kegagalan yang bertubi-tubi menghampiri, justru akan semakin mendekatkan pada mimpi kita. Serta, meyakini bahwa setiap doa dan usaha yang tercurahkan tak ada yang sia-sia dan pasti akan ada ijabah nantinya.
Share:

Sabtu, 17 September 2016

Pengabdian Terus Berlanjut : Gerakan Perpustakan Anak Nusantara

Di Tengah rintik hujan dan mendung yang menyelimuti, tak menyurutkan niat kawan-kawan anggota Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara regional Yogyakarta untuk berkumpul membahas rancangan kegiatan ke depan yang telah di-kalenderkan. Sekitar 17 orang yang hadir dalam rapat tersebut bertekad untuk berproses melaksanakan beberapa agenda tersebut, diantaranya, Bazaar dalam bentuk garage sale untuk menambah donasi pendanaan GPAN, Dompet Nusantara, program mendidik 2, seperti program mendidik 1 dengan kunjungan ke beberapa Panti Asuhan, Buku Berjalan dengan konsep saling tukar pinjam buku entah sesama anggota atau di tempat program mendidik, selanjutnya yaitu Taman Baca.

Di antara beberapa program tersebut ada lagi tambahan dari salah satu anggota (Ashfa) yaitu sharing buku, dengan konsep setiap gathering anggota dalam sekali sebulan ada beberapa orang yang bertugas mengulas buku dalam bentuk tulisan lalu dibahas ketika pertemuan tersebut. setiap anggota diberikan kesempatan untuk mengulas buku yang telah dibaca, sebagai bentuk pemantik minat baca, sekaligus sesi sharing hasil bacaan. Untuk ke depan hal tersebut sebagai daya tarik untuk lebih banyak menarik massa untuk ikut tergerak dalam GPAN.

Selain itu pencarian donasi yang massif untuk tetap eksisnya GPAN juga perlu dilakukan, baik donasi dalam bentuk bahan bacaan ataupun dana untuk pengembangan program. Dalam hal ini bahan bacaan pun masih dirasa kurang untuk tetap berjalannya Taman Baca, buku berjalan, atau pun Distribusi buku untuk Panti Binaan pada program mendidik nantinya. Sebagaimana namanya, GPAN mencoba membangun budaya literasi sekaligus pembinaan anggotanya untuk memiliki semangat pengabdian dan kepedulian untuk generasi bangsa. Dengan komitmen untuk berproses, bukan hanya sekedar pamer gerakan sosial, tetapi benar-benar sebuah modal sosial yang terbangun dalam diri anggotanya.

Semangat mengabdi yang terus digaungkan sepatutnya untuk terus didukung, terlebih dukungan dari internal sesama anggota agar massifnya GPAN semakin banyak yang tahu dan bersedia untuk ikut ambil bagian mengembangkannya. Apresiasi terbaik untuk kawan-kawan yang dengan keluangan waktunya di sela-sela kesibukan kuliah, masih sanggup untuk berproses dalam menjalankan misi sosial dalam mengembangkan budaya membaca generasi muda. Selanjutnya tidak hanya berfokus pada Budaya membaca, gerakan literasi untuk menulis perlu juga untuk digaungkan, salah satunya melalui Program sharing buku yang terlebih dahulu anggota GPAN membuat review tentang buku yang pernah dibaca.
(Foto : Rapat Kordinasi GPAN)

Melalui agenda-agenda tersebut, GPAN semata-mata bukan untuk memamerkan gerakannya agar diketahui orang lain, akan tetapi terlebih supaya masyarakat juga peduli dan mau untuk ambil peran. Melalui Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara ini, para anggotanya belajar untuk mulai menanamkan Cinta baca dalam diri sendiri, selanjutnya akan ditularkan ke orang lain. Meminjam istilah connecting the dots-nya Steve Jobs, para anggota GPAN inilah yang menjadi titik-titik yang terhubung dengan yang lainnya untuk menularkan minat baca tersebut, dan begitu juga dengan yang lainnya. Dengan begitu, rangkaian tersebut akan menjadi budaya dalam menciptakan habitus membaca yang progresif membina sebuah kaum intelektual yang cinta ilmu. Selanjutnya ilmu itulah yang akan disebarkan dengan pemahaman yang sudah disederhanakan agar dipahami juga oleh orang lain.

Pemassifan budaya literasi melalui GPAN ini juga perlu untuk mendapat dukungan dari gerakan-gerakan sosial serupa lainnya. Jadi melalui wadah GPAN ini koordinasi yang terbangun akan menjadi modal jaringan untuk berkembangnya GPAN ke berbagai wilayah sesuai yang dianalogikan dalam kata Nusantara pada namanya.
(Foto: Foto Bersama di GSP UGM)

Dukungan dan kontribusi nyata sangat dibutuhkan untuk eksistensi GPAN dalam menjalankan misi sosial, dalam bingkai kebaikan-kebaikan yang tidak perlu orang lain menilainya sebagai gerakan yang ada apanya dibalik itu. akan tetapi eksistensi GPAN itulah sebagi komitmen untuk terus berproses dan membangun sebuah peradaban ke depannya, dengan semangat budaya membaca dalam menciptakan generasi intelektual, dan semangat pengabdian juga untuk bangsa tercinta ini. (Baim Lc)

Untuk donasi dapat menghubungi :
Website    : www.gpan.or.id
Blog         : https://gpanyogyakarta.blogspot.co.id
Email       : gpanpusat@gmail.com | gpanregionaljogja@gmail.com
Instagram : @gpanjogja
Facebook : Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara atau GPAN Jogja
Kontak donasi buku : 085733438854 (Imam)
                                   085741234811 (Hakim)
Share: