Berbagi, Mengabdi, Bersama Membangun Negeri

Minggu, 26 Februari 2017

PUISI : Lelaki Bermata Binar

Oleh : Mariyani Arthami



binar itu ada di mata mu..
binar itu terlukis dengan senyum mu..
binar itu mengatakan ada kejujuran dalam setiap bait mu..
tanpa tanya aku pun terhanyut dan menerima pengakuanmu..

sungguh senja itu tak terlupakan oleh ku..
kau mengalahkan kisah akan harta dan kuasa..
kau mengalahkan nikmatnya dunia karena aku merasa bak Dewi Shinta…
dan sekali lagi Matamu itu berbinar lagi, lagi dan lagi…
hingga aku lelap dalam kisahmu ini …
hingga aku bingung apakah hatiku selaras dengan akal ku..

tapi sudahlah…
aku diperdaya binar mu itu…

senja itu kembali lagi tapi kali ini detak jam tlah terhenti..
kita di kisah kan tapi senja itu membuat binarmu penuh kebohongan.
maka binarmu di senja itu membuat aku membencimu…
kenapa binar mu mampu mengelabuiku hingga aku pikir kejujuran, kau sembah kan untukku….

senja kali ini menenggelamkan aku dan mengakhiri jiwaku..
maka aku bertanya apakah ini pantas untukku

binarmu itu membuat aku ingin menghujam mimpi dan kisahku..
dan aku,
lagi, lagi lagi terpesona akan binarmu ….

binarmu…
senja itu…
kisahku..
dan kejujuran mu membuatku dengan lantang..
lalu berkata
pergilah, pergilah,  sebelum aku merubah kisah mu…
karena binar mu mematikan kisah cinta ku…

untukmu Lelaki bermata binar..
dengan segala sakit yang terhujam di hatiku.

Senja, Yogyakarta
20 Februari 2016
.
.
.
Share:

Bersama Perkataan ada Kekuatan

Oleh: Ma’rifatun Nisa

Benar apa yang sering kita dengar, bahwa lidahmu adalah harimaumu. Lidah bisa membunuh siapa saja yang tidak hati-hati menggunakannya. 
Sembarangan bicara, asbuny (asal bunyi), seenaknya sendiri, dan sering tanpa filter pada pengucapannya.
Terkadang manusia sering menyepelekan segala apa yang dikatakannya. Mereka tak mengerti betapa dahsyatnya sebuah kekuatan perkataan. Perkataan yang dimaksud disini tidak hanya perkataan yang keluar melalui lisan, namun termasuk juga perkataan dalam hati atau orang Jawa menyebut “mbatin”. Sekalipun mereka mengira tak ada yang mendengar apa yang dikatakan, mereka tak ingat bahwa selalu ada Allah yang mengawasi gerak-gerik makhluk-Nya.
Ada sebuah kisah seorang anak yang tengah mengikuti acara wisuda disekolahnya. Ketika pembawa acara mengumumkan para juara maju ke panggung untuk menerima hadiah, dia berkata dalam hatinya “Tahun depan, aku yang akan berdiri disana menjadi juara”. Dia tidak menyangka jika ternyata saat tiba acara wisuda kelulusannya, dia menjadi juara satu dan berdiri dipanggung tepat seperti apa yang pernah dikatakannya setahun lalu.
Betapa lebih banyak lagi diluar sana yang pernah mengalami kekuatan perkataan. Hal ini juga menafikan makna tidak mungkin, selama Allah menghendaki. Bahkan diabadikan dalam sebuah lagu milik salah satu band tanah air yang cukup terkenal, “…karena setiap kata adalah do’a…
Sepenggal cerita diatas juga membuktikan bahwa didalam perkataan tersimpan kekuatan untuk meraihnya. Kekuatan untuk meyakinkan kemampuan diri. Kekuatan yang membuat sesuatu yang tadinya hanya berupa perkataan menjadi sebuah kenyataan. Kekuatan sangat dahsyat yang memberikan efek baik-buruk tergantung perkataan yang diucapkan.
Jika kisah diatas adalah sebuah perkataan yang baik, maka perkataan yang buruk pun bisa saja terjadi. Misalnya jika ada seorang anak yang diminta mencoba suatu hal namun terus berkata “aku tidak bisa…”, maka secara otomatis syaraf yang ada dipikirannya akan menghantarkan informasi “tidak bisa” keseluruh tubuh si anak. Alhasil, si anak benar-benar menjadi tidak bisa. Itu karena kekuatan yang ditimbulkan dari perkatannya adalah kekuatan jelek, kekuatan yang melemahkan. Contoh lain adalah oranglain yang berkata, tapi efeknya terjadi pada dirinya atau dalam ilmu sosiologi disebut teori labeling. Yakni apabila oranglain terus mengatakan (men-cap) dia pencuri padahal nyatanya bukan, dan karena kekuatan-kekuatan dari perkataan oranglain terus memenuhi pikirannya, akhirnya dia benar-benar menjadi seorang pencuri.
Semua orang wajib berhati-hati dalam berkata. Berfikirlah dahulu sebelum mengeluarkan kata-kata agar tidak menyinggung atau menyakiti oranglain. Terutama untuk para orangtua dan guru agar tetap menjaga perkataan mereka didepan anak-anak dan siswa-siswinya. Juga bagi Anda pada umumnya, pikirkan baik-baik sebelum berkata pada diri sendiri agar kekuatan yang dihasilkan dari perkataan tersebut berbuah positif untuk keberhasilan maupun kebaikan diri sendiri dan sekitarnya. Fakkir qobla an ta’zima, berfikirlah dahulu sebelum bertindak.
Berhati-hatilah pula saat berbincang-bincang dengan orang lain. Ingat, perkataan yang Anda ucapkan setidaknya akan berpengaruh terhadap orang yang mendengar ucapan Anda tersebut. Jauhi perkataan yang sia-sia. Jangan jadikan perkataan Anda sebagai pedang yang dapat menikam orang lain. Namun, jadikanlah perkataan sebagai alat untuk mengasihi satu dengan yang lainnya.
Share:

Senin, 20 Februari 2017

Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara: Tanamkan Semangat Bhinneka Tunggal Ika Melalui Kompetisi Karya

Oleh: Retno Purwa
Kampanye budaya membaca sedang ramai diperbincangkan di Indonesia. Banyak komunitas baca, taman baca dan kegiatan literasi yang bermunculan guna mensukseskan peningkatan minat baca generasi muda. Tidak mau ketinggalan, Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN) yang berdiri sejak tahun 2015 pun ikut andil dalam mengkampanyekan budaya membaca, bahkan sampai ke daerah-daerah yang sulit mendapatkan akses bacaan.
Komunitas ini didirikan oleh seorang pemuda kelahiran Lamongan, Jawa Timur, bernama Imam Arifa’illah Syaiful Huda. Memasuki tahun keduanya berdiri, Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara sudah tersebar di 12 kota di 6 propinsi. Regional, sebutan untuk cabang Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara berlokasi di Malang, Lamongan, Jember, Pasuruan, Madiun, Kediri, Probolinggo, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Medan, dan Palu. Tidak hanya memotivasi para remaja untuk gemar membaca, GPAN juga mendorong siswa/siswi usia sekolah untuk berlatih menuliskan karya. Setelah sukses dengan Lomba Esai dan Fotografi di peringatan HUT pertamanya 25 April 2016, kali ini GPAN kembali mengadakan Lomba Cipta Puisi bertajuk Bhinneka Tunggal Ika.
Tema Bhinneka Tunggal Ika dipilih untuk menanamkan kembali rasa cinta para pemuda terhadap keberagaman yang ada di Indonesia. Dengan menuangkan rasa cinta terhadap keberagaman dalam sebuah karya, diharapkan pesan persatuan yang terkandung di dalam karya puisi para peserta akan lebih mudah melekat di hati penulis maupun pembaca nantinya.
Berbeda dengan event lomba sebelumnya yang terbuka untuk kategori umum, Lomba Cipta Puisi ini hanya diperuntukkan bagi siswa/siswi SMA sederajat. Bukan tanpa alasan, pengkhususan kategori ini dimaksudkan agar lebih banyak mewadahi karya-karya siswa SMA dalam bentuk buku yang terpisah dari penulis-penulis senior yang karyanya sudah banyak dibukukan. Oleh karena itu, dalam event Lomba Cipta Puisi kali ini Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara mengajak seluruh guru Bahasa Indonesia untuk turut serta mendukung kesuksesan pelaksanaan lomba.
Peran guru Bahasa Indonesia di sini sangat penting, mengingat puisi menjadi salah satu materi yang harus dikuasai oleh para siswa di tingkat SMA. Guru dapat memberikan motivasi dan juga bimbingan bagi siswanya yang ingin mengikuti lomba. Ini bisa dijadikan ajang praktik langsung pembuatan puisi oleh para siswa yang berpotensi untuk dibaca banyak orang setelah dibukukan. Selain itu, sebagai pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, guru dapat juga berperan dalam mengoordinir pengiriman karya secara kolektif untuk beberapa siswanya sekaligus. Hal ini mengantisipasi kondisi bahwa tidak semua siswa memiliki akses yang mudah untuk berinteraksi dengan internet, khususnya untuk siswa dari daerah 3T.
Harapan dari penyelenggara, Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara semakin dekat dengan kalangan muda Indonesia untuk sama-sama mengkampanyekan budaya membaca dan berkarya demi masa depan Indonesia yang lebih bersinar.
Info Lomba Cipta Puisi Bhinneka Tunggal Ika dapat diakses di http://gpan.or.id/cipta-puisi/
Share:

Minggu, 12 Februari 2017

RESENSI: Pudarnya Pesona Cleopatra

Oleh: Fifi Fatmawati

DATA BUKU
Judul Buku : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
Kota Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2005
Tebal Halaman : 110 halaman 20,5 x 13,5 cm

“Cinta tidak menyadari kedalamannya,
sampai saat ada perpisahan”
(Kahlil Gibran)
          Manusia pasti menginginkan sesuatu yang baik terjadi dalam hidupnya. Tetapi kenyataan tidak selalu seirama dengan ekpektasi. Kadang dalam hidup, kita menginginkan sesuatu yang menurut kita baik tapi tidak menurut Allah SWT. Dan kadang kita tidak menginginkan sesuatu yang tidak baik terjadi dalam hidup padahal baik menurut Allah SWT. Biarlah Allah SWT yang menentukan jalan hidup kita. Sebagai hamba-Nya, kita hanya bertugas untuk memantaskan diri dan menerima segala takdir yang telah ditetapkan oleh-Nya dengan segala keyakinan dan lapang dada. Sesungguhnya tidak ada takdir Allah yang tidak membawa kebaikan serta keberkahan bagi hamba-Nya.
          Masih sama seperti novel-novel, seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, Kang Abik, begitu sapaan hangatnya, masih menghadirkan nuansa Mesir dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini dan juga ciri khasnya yang tidak terlepas dari kisah cinta karena Allah.
          Dalam novel ini terdapat dua pemeran utama. Pria yang memperistri seorang wanita bernama Raihana dengan tidak didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang. Pernikahan yang dijalani hanyalah sebagai bukti bakti kepada ibunya yang dianggap segalanya sepeninggal ayahnya. Raihana adalah seorang wanita shalehah yang cantik dengan perawakan baik, berjilbab rapi, sarjana pendidikan dan juga hafidz Al-Qur’an. Ia mencintai suaminya dengan sepenuh hati meskipun sang suami belum bisa mencintainya dengan cara yang serupa.
          Pria (pemeran utama) tersihir oleh kecantikan gadis Mesir yang dianggap sebagai titisan Cleopatra, Ratu Mesir pada zaman Romawi. Dalam angan, pria ini menggambarkan gadis Mesir sebagai sosok yang sempurna dengan paras cantik nan jelita, kulit putih bersih bersinar, mata bulat bening khas Arab, bibir merah halus merona, dengan hidung melengkung indah yang menghiasi wajah. Wajah yang bersinar seperti permata Zabarjad yang bersih, indah dan berkilauan dalam balutan jilbab sutera. Senyuman yang terlukis di wajah mereka mampu menyihir bahkan meluluhlantakkan dinding iman siapa saja yang melihatnya. Bahkan dikatakan apabila ada 8 orang gadis Mesir yang berdiri dihadapannya, maka yang cantik ada 16 karena bayangan dari gadis Mesir itu pun turut cantik rupawan. Aura pesona kecantikan gadis-gadis Mesir sedemikian kuat mengakar dalam otak, perasaan dan hati sampai-sampai menjajah cita-cita, mimpi serta harapannya.
          Sementara ia terbang jauh dan semakin hanyut dalam khayalan menikahi gadis Mesir suatu saat nanti, ia melupakan istrinya. Ia menyia-nyiakan istrinya. Ia mengabaikan istrinya. Ia merasa dirugikan oleh keadaan. Ia merasa hidupnya sia-sia. Dalam hatinya tercipta tembok penghalang yang sukar untuk diruntuhkan. Padahal istrinya, Raihana, wanita yang telah dinikahinya, adalah wanita shalihah yang patuh kepadanya, yang bersedia mencurahkan seluruh hidup untuk suami yang dicintainya. Meskipun sering mendapat perlakuan buruk, Raihana tetap setia. Raihana tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Raihana tetap melayani suaminya yang tidak mencintainya dengan sepenuh hati. Raihana adalah perempuan Jawa sejati yang selalu berusaha menahan segala cobaan dengan kesabaran. Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun seringkali mendapatkan perlakuan dingin dan acuh tak acuh dari suaminya. Satu hal yang tidak Raihana inginkan yaitu perceraian. Perceraian adalah neraka baginya. Tangis dan lantunan ayat suci Raihana tetap belum juga bisa merobohkan dinding hati suaminya. Sampai pada suatu hari, Raihana hamil. Kehamilan yang terjadi karena kepura-puraan sang suami yang lagi-lagi didasari oleh ketidakinginan untuk mengecewakan sang ibu bukan atas dasar cinta dan kehendaknya sendiri. Seiring berjalannya waktu, dengan kekuatan do’a yang Raihana panjatkan dalam setiap shalatnya, dinding hati suaminya perlahan-lahan mulai runtuh dan sedikit demi sedikit mulai berubah. Dia mulai benar-benar mencintai istrinya, Raihana. Dia mulai sadar akan pengorbanan istrinya selama ini yang telah ia sia-siakan. Ia mulai sadar dengan kedzaliman yang selama ini telah ia perbuat kepada istrinya. Ia menyesal. Namun sayang, penyesalan selalu datang terlambat. Raihana yang waktu itu tengah hamil tua mengalami musibah sehingga menyebabkan dia dan anak yang ada di dalam kandungan tidak terselamatkan. Ia terlambat. Raihana telah tiada. Raihana telah meninggalkannya untuk selamanya tanpa memberikan kesempatan untuk sekedar meminta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumnya dengan penyesalan dan rasa bersalah. Betapa cinta tidak menyadari kehadirannya sampai saatnya terjadi perpisahan.
          Novel ini memang benar-benar novel pembangun jiwa. Banyak hal menarik yang terjadi dalam novel ini. Penulis mampu membuat pembaca hanyut dalam emosi, disisipi dengan puisi-puisi yang mendukung serta akhir dari cerita yang tidak terduga. Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami. Jalan cerita yang disuguhkan sederhana tetapi menimbulkan kesan yang mendalam. Novel ini mengajarkan kepada kita bahwa kecantikan bukanlah segalanya. Novel ini juga membuktikan bahwa penyesalan memang selalu datang terlambat. Dalam novel ini, penulis juga menyampaikan amanat secara tersirat bahwa segala sesuatu tidak hanya dinilai dari kecantikannya saja karena kecantikan bukanlah suatu hal yang abadi. Kita sebagai manusia janganlah sekali-kali meremehkan nikmat atau pemberian dari Allah SWT. Novel ini sangat disarankan bagi para muda-mudi terutama yang menganggap bahwa kecantikan adalah segalanya. Tetapi, cerita yang disediakan masih kurang detail dan seharusnya masih banyak cerita-cerita menarik yang dapat disisipkan dalam dalam novel ini. Selain itu, teks cerita yang disediakan sebaiknya ditambah agar pembaca dapat lebih menghayati.
Share:

PUISI: Pagiku

Oleh: Intan Adhara


Ketika mentari mulai menampakan wajahnya

Awan gelap yang perlahan menjadi biru

Butiran embun pagi yang menetes

Jatuh membasahi tanah



Ku ingin miliki hangat sinarmu

Untuk selalu menghangatkan jiwaku

Ku ingin miliki hawa sejukmu

Tuk sejukkan sudut hatiku



Namun…

Ku tak mampu merebut hangatnya sinarmu

Ku hanya bisa menikmatimu setiap pagi

Jika siang mulai datang sinarmu menyengat tubuh ini



Ku hanya mampu menemukanmu saat ku buka jendela pagi hari

Ku melihatmu menggantung pada ujung daun

Akan berapa lama kau bertahan

Yang akhirnya terhisap oleh teriknya sang mentari.
Share:

Minggu, 05 Februari 2017

CERPEN: Bisakah, Bersama Lagi?

Oleh: Rizky Anggit M. Olief F. K.

Tepat pukul 07.00 pagi kegiatan belajar mengajar dimulai, dimulai dengan doa kemudian ibu guru menanyakan yang tidak hadir. Kutengok kanan-kiri-depan-belakang, ada satu kursi yang kosong. Ternyata benar firasatku. Dia rupanya tidak masuk hari ini. Kemudian aku melihat hpku, tak ada satupun pesan dari dia hari ini. “Apa yang terjadi dengannya?” Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.
“Assalamu’alaikum!” Teriak seorang lelaki paruh baya.
“Wa’alaikumussalam. Maaf, kalau boleh tahu ada keperluan apa Bapak datang ke sini? Tanya Ibu guru
“Ini Bu, berhubung saya tidak menemukan guru piket yang di depan gerbang, saya pergi ke kelas ini untuk mengantarkan surat sakit anak saya.” Kata lelaki itu dengan wajah serius.
“Oh iya, Pak. Ayahnya Yusuf, ya? Memangnya Yusuf sakit apa, Pak? Kok tidak biasanya Yusuf tidak masuk.” Tanya Ibu guru keheranan.
“Sakit demam, Bu. Saya juga heran. Ya minta doanya, Bu, semoga lekas sembuh. Maaf  ini saya sekalian mau pamit pulang.” Jawab ayah Yusuf dengan wajah sedih.
“Iya, Pak. Aaamiin.”  Kata Ibu guru dengan penuh harapan.
Setelah ayah Yusuf  meninggalkan kelas, Ibu guru membuka surat sakit Yusuf. Terlihat wajah Ibu guru kebingungan, tetapi kemudian surat diletakan di meja dan beliau melanjutkan materi pagi itu. Aku masih penasaran dengan keadaan Yusuf. Apakah dia hanya sakit demam atau sakit yang lain? Kemudian langsung kutengok lagi hpku dan ternyata ada sebuah pesan dari Yusuf:
“Kirana, maafkan aku yang sering mengecewakanmu. Maaf apabila sikapku sering membuatmu kecewa. Aku tahu.. aku mencintaimu, mengagumimu, tapi apalah daya.. aku tidak bisa memilikimu dan aku sering membuat jengkel ketika di kelas. Aku selalu mengganggumu, aku sering sms tak jelas kepadamu, aku sering mengusik ketika kamu belajar di perpus.. Kirana, maafkan aku. Dan kini aku sedang sakit. Mungkin selama 1 minggu aku tak bisa bertemu denganmu, melihat senyum indahmu, melihat kamu tertawa bahagia. Kirana, semangat belajar ya. Pertahankan prestasimu, jangan mau dikalahkan olehku, hehe. Doakan aku semoga bisa sembuh dan bisa bersamamu lagi, hehe (ngarep dikit). Dan mungkin ini sms yang bisa aku tuliskan. Sepertinya kamu penasaran akan keadaanku, percayalah ketika Yang Maha Kuasa menghendaki, maka kita akan bertemu lagi. Tetapi jika tidak.. semoga kita dipertemukan di surga.. Aamiin.”
Sms dari Yusuf membuatku terharu, sedih dan tidak bisa menahan air mataku untuk menetes. “Ya Allah, sembuhkan Yusuf. Aku tak mau berpisah dengan Yusuf, walaupun Yusuf pernah menyatakan perasaannya kepadaku kemudian aku belum memberikan jawaban, tetapi aku sebetulnya juga mengaguminya. Hanya saja, aku tidak boleh pacaran. Ya Allah, semoga Yusuf lekas sembuh. Aamiin..”
“Aamiin.. Aku tahu sahabat, kamu begitu solihah. Yang sabar, ya.. Memang hidup itu penuh kenangan, penuh tangis-tawa.. tapi percayalah suatu saat akan indah pada akhirnya.” Kata Karin menyemangatiku.
“Iya, aamiin.. Kamu mendengar semua doaku tadi? Mengetahui aku dan Yusuf sebenarnya ada sesuatu? Dan kamu tahu semuanya kah, Karin?” Tanyaku dengan kaget.
“Iya, tahu. Aku kan sahabatmu. Walaupun kamu tidak pernah bercerita, tetapi aku memahamimu.” Jawab Karin.
“Terimakasih sahabatku, kamu selalu memahami keadaanku.” Ucapku.
“Iya Kirana. Udah, jangan sedih.. nanti kita lihat surat yang di atas meja setelah pelajaran ini.” Kata Karin kepadaku.
“Baiklah, Karin.” Ucapku.
Pagi yang mendung, suasana tidak seperti biasanya. Ibu guru yang biasanya ceria, hari ini kelihatan sedih. Entah karena Yusuf yang biasanya maju mengerjakan soal hari ini tidak terlihat atau ada masalah lain. Ibu guru memang menyukai Yusuf karena kecerdasan dan kebaikan hatinya. Ibu guru terus menjelaskan materi elektronika mengenai Bab Kemagnetan. Tiba-tiba sekilas aku mendengar,
… Jika kutub positif bertemu kutub negatif maka akan saling tarik-menarik. Sebaliknya jika kutub positif bertemu dengan kutub positif akan tolak-menolak.
Oh Ibu guru, mengapa engkau membuat aku semakin sedih dengan materi pagi ini. Perasaan kacau, ditambah galau. Jika materi tersebut dikaitkan dengan perasaan, menyentuh sekali.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat pagi itu. Waktu untuk mapel Elektronika telah selesai. Ibu guru menutup pelajaran pagi itu dan meninggalkan kelas. Akupun segera mengambil surat sakit Yusuf dan membacanya. Terlihat tulisan tidak masuk benar 1 minggu, tetapi di surat itu tertulis sakitnya karena kecelakaan. Aku semakin sedih dan tak mengerti, tetapi aku berusaha untuk tabah. Aku segera mengambil hp dan membalas sms dari Yusuf yang belum sempat aku balas.
“Yusuf, kamu tidak bersalah. Aku tahu kamu perhatian kepadaku dan aku sangat berterima kasih karena kamu selalu menjagaku ketika di sekolah. Tapi, kini kamu sedang berbaring dan merasakan sakit. Yusuf, aku selalu mendoakan yang baik untukmu. Kamu baru mengalami cobaan dari Yang Maha Kuasa. Tetapi ingatlah semua itu diberikan karena Allah sangat sayang kepadamu. Yusuf terus berpikir positif ya, jangan lupa selalu berdoa kepada Sang Pencipta dan makan yang teratur. Yusuf maafkan aku yang belum bisa menjengukmu. Aku belum siap melihat kamu berbaring sakit. Tetapi jangan khawatir, dimanapun dan kapanpun aku akan selalu berdoa untukmu. Cepat sembuh ya, kita pasti bertemu dan aku akan memberi jawaban atas perasaanmu yang telah kamu ungkapkan seminggu yang lalu.”
Berselang 15  menit, kemudian ada sms lagi dari Yusuf,
Aku tak mengerti dengan semua ini, Kirana. Aku akan sabar menerima semua ini. Terimakasih atas doamu. Semua begitu cepat. Menit lalu aku merasakan tengah berada di alam yang berbeda. Di sana aku berjumpa denganmu dan ketika itu kamu hanya tersenyum kepadaku kemudian datang kedua orang tuamu yang mengajak kamu pergi. Apakah arti mimpiku tadi, Kirana? Mungkin memang kita harus berpisah Kirana. Kini keadaanku berbeda, aku hanya bisa mengingat memori beberapa saja. Entahlah Kirana, apa karena sakit menjadikan aku pelupa atau karena sesuatu. Tetapi alhamdulillah aku masih sedikit mengingatmu dari buku diaryku.
Ketika aku membaca sms dari Yusuf, ada sms lagi tetapi aku tidak mengenal nomornya.
Nak Kirana, tolong kalau bisa datang sekarang ya ke RS. Medika. Yusuf dirawat di ruang 10 A lantai 1. Ada yang perlu Yusuf sampaikan. Yusuf mau sms nak Kirana tetapi sudah tidak bisa karena merasakan sakit di tangannya.
Dari ayah Yusuf: Ahmad  
Aku tidak bisa menahan kesedihan. Lantas aku segera memberi tahu Karin untuk memohonkan izin mapel Fisika karena aku akan pergi ke rumah sakit menjenguk Yusuf atas permintaannya. Setelah itu aku pergi menuju RS. Medika yang lokasinya hanya 10 menit dari Mts Al-Hidayah.
“Assalamu’alaikum..” Ucapku.
“Wa’alaikumussalam. Sini, Nak Kirana. Ada yang perlu Yusuf sampaikan.” Jawab Pak Ahmad.
Kemudian, Yusuf mengatakan sesuatu kepadaku.
“Kirana, kamu jangan nangis.. aku tidak apa-apa. Hanya saja aku ingin berbicara sedikit kepadamu, karena perasaanku mengatakan kita akan berpisah selamanya. Kirana, langsung saja ya. Aku telah mengagumimu sejak kelas VII. Aku mengenalmu dengan baik tapi aku baru berani menyatakan perasaanku di kelas IX ini. Memang kita masih kecil dan tidak sepantasnya berbicara soal cinta. Tetapi.. ..
“Yusufff… tetapi apa? Ayo bicara lagi. Ya Allah..tolonglah Yusuf, ya Allah..”
“Tetapi, aku mendengar dari ucapan ayahmu ke ayahku waktu kelas VII. Sebetulnya kita dijodohkan, Kirana. Dan kamu dilarang untuk berpacaran karena nantinya kita akan di ta’arufkan. Di sisi lain ayahmu dan ayahku tidak saling mengenal siapa kamu dan siapa aku… dan di sini aku akan mengungkapkan semuanya. Jika memang Allah mengizinkan kita bersama, maka kita akan selamanya bersama. Tetapi keadaannya sekarang berbeda. Kini aku merasakan sakit yang luar biasa seperti tidak sanggup lagi bertahan. Aku hanya bisa berpesan, janganlah kamu bersedih atau menangisiku. Soal  jawaban, sudah tak perlu lagi karena itu hanya mengganggu dirimu. Tetaplah kejar cita-citamu. Jangan seperti sebelumnya, yang juara 1 selalu aku. Kamu harus menjadi perempuan solihah dimanapun dan kapanpun. Mungkin kini aku sudah tidak bisa menjagamu lagi, tetapi masih ada Allah yang selalu melindungimu. Kirana.. aku bersyukur bisa mengenalmu.”
“Yusuf, aku tahu .. a..k..u.. yang bersalah. Aku selalu cuek terhadapmu. Tetapi ada hal yang belum kamu tahu. Yusuf, bertahanlah, aku mau berta’aruf denganmu. Aku mengenalmu dengan baik. Walaupun aku baru menyadari perasaan kagum terhadapmu saat kelas VIII tetapi aku yakin perasaanku tidak salah. Kamu itu soleh, ternyata. Dulu aku begitu karena aku ingin menjaga. Aku anak pondok, seharusnya belum mengenal soal cinta. Tetapi kini keadaan berbeda dan di sini aku juga akan menyampaikan semua. Yusuf, setiap kali aku berdoa aku selalu memohon agar cintaku terhadap Allah lebih besar daripada terhadapmu. Aku tidak mau menduakan Allah, dan aku selalu mendoakan keselamatanmu karena aku tidak ingin terjadi sesuatu terhadapmu. Dalam keheningan malam, aku selalu terbayang wajah alimmu. Yusuf, bertahanlah untukku.. Allah akan menolong orang-orang soleh. Yusuf, kuatlah..”
“K..i..r..a..n..a, B..a..p..a..k, I…b..u.. maafkan a.. k.u,”
“Dokter! Tolong, Dok!”
“Iya, Pak. Bapak, Ibu dan Adik silahkan keluar dulu.”
Dokter segera memeriksa Yusuf. Aku semakin sedih. “Ya Allah, tolong sembuhkanlah Yusuf. Yusuf anak yang soleh dan baik, jangan Engkau biarkan Yusuf meninggalkanku dan keluarganya, ya Allah.” Ucapku dengan lirih. Tak hentinya aku membacakan Al-Fatihah untuk Yusuf. Dokter masih di dalam ruangan dan belum juga keluar. Aku yakin semua akan baik-baik saja.
Kemudian, selang beberapa menit dokter keluar dari ruangan.
“Alhamdulillah, Yusuf baik-baik saja. Sekarang, ia masih dalam pengaruh obat. Sebetulnya keadaannya baik, tapi mungkin yang dirasakan Yusuf akan seperti mati rasa. Kita tunggu 10 menit, nanti ia akan sadar kembali.” Kata dokter yang memeriksa Yusuf.
“Alhamdulillah, ya Allah. Engkau menjawab doaku.”
Setelah 10 menit, aku, ayah dan ibu Yusuf masuk ke dalam ruangan lagi. Aku  berdiri di samping Yusuf sementara ayah dan ibu Yusuf duduk di kursi. Tak lama kemudian Yusuf membuka mata.
“Yusuf! Alhamdulillah, kamu masih diberikan kesempatan oleh Allah. Kamu harus kuat, ya. Kamu jangan buat aku sedih. Cepat sembuh.” Ucapku.
“Iya, Kirana. Maafkan aku yang membuat kamu, ayah dan ibu gelisah dengan keadaanku. Terima kasih berkat doa kalian aku bisa sadar kembali. Sepertinya, memang kita ditakdirkan untuk bersama walaupun tidak berpacaran dan hanya bersahabat. Yang penting kita saling menjaga. Menjaga keimanan dan ketaqwaan kita masing-masing.” Ucap Yusuf dengan senyuman.
“Iya, Yusuf.” Akupun tersenyum bahagia. Allah Maha Tahu. Aku yakin Allah akan menjawab doa-doaku. “Terima kasih ya Allah, atas segala nikmat dan karuniamu bahkan pertolongan-Mu untuk hari ini. Hamba akan selalu bersyukur terhadap-Mu.”
Share:

Jumat, 03 Februari 2017

Photo Challenge dalam menyambut “Hari Ulang Tahun GPAN yang Ke-2”


[KHUSUS ANGGOTA GERAKAN PERPUSTAKAAN ANAK NUSANTARA]
GPAN presents:
Photo Challenge dalam menyambut “Hari ulang tahun GPAN yang ke-2”
Sudahkah kita membaca buku setiap hari? Buku apa saja yang kita baca?
Yuk, upload Foto Terbaikmu!
Syarat dan ketentuan photochallenge:
  1. Lomba ini diperuntukkan kepada seluruh anggota GPAN regional manapun
  2. Follow IG @Gpan_pusat
  3. Upload foto ( sesuai tema)
  4. Tulis caption inspiratif dan semenarik mungkin
  5. Tag dan mention fotomu ke @Gpan_pusat, @Gpan regionalmu dan 5 orang temanmu
  6. Sertakan hashtag #salammengabdi #gpanphotochallenge #2ndanniversarygpan. Sertakan pula hashtag GPAN regional masing”
  7. Periode lomba dimulai tanggal 01 februari s/d 28 Februari 2017
  8. Pastikan akun instagram tidak digembok
  9. Wajib men-share poster event lomba cipta puisi.
  10. Ada 3 foto terbaik yang akan kami pilih
  11. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
Yuk ikutan Photo Challenge ini !
Raih hadiah menarik untuk 3 orang pemilik foto terpilih
More info :
WA/SMS : 085708146566
IG : @gpan_pusat
Web : www.gpan.or.id
Supported by :
@gpanmalang
@gpanbandung
@gpanprobolinggo
@gpanjember
@gpanjogja
@gpanpalu
@gpan_kediri
@gpanpasuruan
@gpanmadiun
@gpanlamongan
@gpanmedan_
Share: