Berbagi, Mengabdi, Bersama Membangun Negeri

Senin, 17 April 2017

Kartiniku

Oleh : Nurul Aini

Ibu Kartini – via Google

Menjadi seorang perempuan adalah kodrat, tantangan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Perempuan yang selalu dilambangkan dengan keindahan, kehalusan, sekaligus kelemahan dan ketidak berdayaan. Apalagi, sejarah mencatat bahwa posisi perempuan selalu menjadi bagian yang tidak menyenangkan. Sejarah Indonesia sendiri mencatat tentang bagaimana perempuan diperlakukan, hanya menjadi hiasan, pemuas nafsu para penjajah dan selalu tidak mempunyai kesempatan untuk bersuara apalagi hak untuk mempertahankan cita-cita dan impianya. 
Namun, sejarah telah berlalu tentang perempuan, semenjak hadirnya sosok yang luar biasa yang berani menembus batas dan menerobos ruang yang tidak biasanya. iya, raden ajeng kartini telah memberikan kemerdekaan bagi perempuan-perempuan untuk berani menunjukkan dan mempertahankan harga diri serta cita-cita dan harapanya. Tentunya tidak dengan perjuangan yang sedikit tapi berat dan menyakitkan.
Sekarang ini saya tidak sedang ingin menceritakan bagiamana sejarah kartini berusaha untuk keluar dari belenggu ketidakadilan tradisi mengekang perempuan, disini saya ingin menceritakan tentang sosok luar biasa yang menjadikan saya bisa bertahan sejauh ini menjadi perempuan yang terus berusaha dan belajar untuk menjadi sosok yang lebih baik dan lebih bermanfaat. 
Iya, terlahir menjadi seorang perempuan membuat saya harus berusaha memahami apa yang ada dalam anggapan orang dan apa yang menjadi keinginan, harapan dan cita-cita saya. Terlahir sebagai perempuan desa pasti harus menerima stereotip yang menjadi tradisi turun-temurun sepanjang zaman. Perempuan desa yang lemah,yang hanya akan menjadi “konco wingking” dirumah, tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada akhirnya akan mengurus anak dan suami dirumah, harus pintar mengerjakan pekerjaan rumah, perempuan yang harus mengalah walaupun benar dan lain sebagainya.
Ya, itu adalah kenyataan dan tantangan yang harus saya hadapi. Bahkan tidak jarang hal itu yang membuat saya ragu untuk melangkah sampai sejauh ini. Tapi selalu ada orang yang memberikan semangat dan kekuatan tersendiri bagiku. Dialah Ibu, ibuku sosok perempuan luar biasa yang aku jadikan lambang “kartini” bagiku.  Bagiku inti dari perjuangan kartini adalah membebaskan perempuan dari belenggu kebodohan dan ketidakberdayaan. Ibu ku memang tidak berjuang mati-matian dan harus disiksa seperti kartini, tapi ibuku tahu bagaimana memperjuangkan anak-anaknya untuk bisa menjadi orang yang berpendidikan dan tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Ibuku bukan lah orang yang berpendidikan tinggi, bukan dari keluarga kaya, tetapi semangat berjuang untuk anak-anaknya itu yang membuat saya berani melangkah sampai sejauh ini.
Saya dan adik-adik saya selalu diberikan keyakinan untuk bisa meraih cita-cita kami. Setiap hari ibu yang harus bangun sebelum fajar,  dan berjualan di pasar hanya untuk memenuhi kebutuhan kami. Waktu itu saya baru lulus SMA, saya bingung akan melanjtukan sekolah kemana, karena keterbatasan biaya. Lewat jalur berprestaipun saya tidak bisa karena keterbatasan kemampuan saya pula. Tapi ibu dengan segenap keyakinan memintaku untuk tetap melanjutkan sekolah. Hingga akhirnya akupun mendaftar pada sebuah perguruan tinggi yang biayanya masih bisa kami jangkau. Akhirnya aku lulus di perguruan tinggi itu. Tetapi ada satu masalah lagi jurusan yang saya ambil adalah jurusan yang dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang bahkan oleh guru-guruku sekalipun. Saat itu aku yang masih labil merasa sangat tidak berdaya dan rasanya ingin sekali marah pada orang-orang itu. Memangnya kenapa dengan jurusan itu? Bukan kah ilmu apa saja bisa memberikan manfaat bagi kita. Masalah pekerjaan, toh nanti setelah kita lulus banyak yang pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diambil saat kuliah. Atau pun rejeki kita memang sudah ada yang ngatur. Kenapa kita harus memandang sebelah mata terhadap sesuatu dan mengagungkan sesuatu yang lain yang itu hanya secara fisiknya saja?. Tapi apalah dayaku untuk bisa marah seperti itu. 
Dengan segenap kekuatan ibuku berusaha menenangkan dan membuatku kuat. Serta membuatku yakin bahwa apa yang aku pilih bukanlah hal yang salah yang seperti dipikirkan orang-orang. Akhirnya dengan keyakinan ibuku itu lah aku yakin untuk melangkah. Mengambil jalan yang telah aku pilih dan saat itu pula aku ingin membuktikan bahwa apa yang mereka pikirkan adalah salah.
Waktu terus berlalu dan berganti aku terus menjalani kehidupanku dengan dukungan dari wanita hebatku, doanya selalu mengiringi setiap langkahku, kasihnya selalu menyelimuti kehangatan dalam hidupku. Sampai aku bisa melanjutkan studiku sebagai candidate master saat ini tak lepas dari dukungan beliau. Meski banyak yang berpikir agar aku pulang, bekerja dan cukup dengan gelar sarjanaku tapi ibuku, karena doanya lah impianku saat ini tercapai. Melanjutkan studi dengan beasiswa. Saat aku lulus S-1 ku aku meminta ijin kepada ibu untuk tidak pulang dan berjuang untuk mendapatkan beasiswa S-2. Beliau meridhoiku, akhirnya aku tidak pulang dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa melanjutkan studi. 
Saat mendaftar beasiswa pun aku dengan kemampuanku yang sangat biasa memberanikan diri mendaftarkan beasiswa bergengsi yang sudah pasti sainganku adalah orang-orang hebat dari seluruh negri. tapi, entah kenapa aku yakin bahwa aku bisa, karena ibuku telah meridhoinya. Padahal prestasi, aku tidak pernah menjadi juara nasional apalagi internasional, aku juga bukan mahasiswa berprestasi yang mempunyai IPK tertinggi, ataupun memiliki nilai A semua. Tapi atas doa dan dukungan wanita hebatku aku bisa. Itu lah yang sampai saat ini menjadi keyakinan dalam hidupku. 
Ibuku bukanlah wanita sehebat kartini tapi ibu ku adalah “Kartiniku” yang selalu menjadi motivasi bagi anak-anaknya untuk keluar dari ketidakberdayaan, untuk keluar dari kebodohan dan untuk menjadi orang yang akan memberikan manfaat untuk orang lain.  Dan aku yakin setiap orang memiliki motivatornya masing-masing. Yang aku berusaha pelajari saat ini adalah menjadi orang hebat tidak harus orang yang memiliki harta banyak, orang yang memiliki kedudukan ataupun orang yang memiliki kecerdasan yang hebat tapi menjadi orang hebat adalah orang yang bisa membuat orang lain sadar dan mampu berjuang untuk meraih mimpi dan cita-cita.

Thanks Mom for Everything, doamu adalah kekuatanku, kasihmu adalah nafasku, dan cintamu adalah segalanya untukku.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar