Berbagi, Mengabdi, Bersama Membangun Negeri

Selasa, 07 Maret 2017

Cerdas Menggunakan Antibiotik untuk Hidup yang Lebih Baik

Oleh: Lutfi Nurul Akmalia

Anda menganggap antibiotik merupakan obat dewa yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit dengan cepat? Anda sering mengkonsumsi antibiotik? Dapatkah anda bayangkan, jika suatu saat  antibitotik tidak bekerja lagi? Sayangnya, ancaman tersebut sangat nyata.
Mungkin anda sering mendengar istilah resistensi antibiotik. Apa si resistensi itu sebenarnya? Menurut kementrian kesehatan, Resistensi antibiotik  adalah kemampuan bakteri untuk bertahan  hidup terhadap efek antibiotik. Sehingga antibiotik yang diminum tidak efektif. Definisi sederhanya adalah bakteri kebal terhadap antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyerang  siapapun, usia berapapun dan dari negara manapun. Sebenarnya  resistensi antibiotik terjadi secara alami dalam waktu yang lama. Namun, penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan mempercepat proses antibiotik menjadi resisten. Contoh penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan adalah terlalu sering minum antibiotik untuk infeksi virus seperti pilek, batuk dan flu.  Contoh lain adalah demam. Demam memang tanda adanya infeksi di dalam tubuh. Namun, tidak semua infeksi disebabkan oleh bakteri, sehingga tidak semua infeksi membutuhkan antibiotik.

Bagaimana resistensi antibiotik dapat terjadi?

Kemampuan antibiotik untuk menyembuhkan infeksi tergantung kekuatan antibiotik tersebut untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhan bakteri yang berbahaya. Tapi beberapa bakteri melawan efek antibiotik kemudian berkembang biak dan menyebar. Bakteri dapat menjadi resisten terhadap obat dalam sejumlah cara. Seperti dengan mutasi (berubah). Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik, atau DNA  bakteri. Perubahan ini memungkinkan bakteri untuk melawan atau menonaktifkan antibiotik.
Bakteri juga dapat memperoleh gen resisten melalui bertukar gen dengan bakteri lainnya. Selain itu, menurut Setiabudy dan Vincent (Farmakologi dan terapi, 2001), paling tidak ada 5 mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik yaitu:  1.) Mengubah tempat kerja (target site) obat pada mikroba, 2.) Mikroba membuat obat sulit masuk kedalam sel bakteri dengan cara menurunkan permiabilitas dinding sel, 3.) Mikroba menginaktivasi obat, 4.) Mikroba membentuk semacam jalan pintas untuk menghindari hambatan yang dihasilkan antibiotik, 5.) Mikroba meningkatkan produksi enzim untuk menghambat kerja antibiotik.

Apa bahaya dari resistensi antibiotik?

Bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik akan lebih susah diobati sehingga antibiotik yang digunakan kurang efektif untuk pengobatan. Normalnya, infeksi diobati dengan antibiotik pilihan pertama yaitu suatu antibiotik yang paling efektif untuk mengobati penyakit. Namun jika bakteri resisten terhadap antibiotik,  maka digunakan antibiotik pilihan kedua yang tingkat efektifitasnya lebih kecil dari antibiotik pilihan pertama. Dampaknya  durasi pengobatan lebih lama, lebih mudah masuk rumah sakit dan biaya perawatan kesehatan meningkat. Bahkan data dari kementrian kesehatan  melaporkan angka kematian akibat resistensi antibiotik  sampai tahun 2014  sebesar 700.000 per tahun dan diperkirakan pada tahun 2050, kematian akibat resitensi antibiotik  lebih besar dibanding kematian yang diakibatkan oleh kanker, yakni mencapai 10 juta jiwa.

Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya resisitensi antibiotik?

Upaya untuk pencegahan dan pengendalian resistensi antibiotik perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk masyarakat. Langkah yang dapat dilakukan unuk membatasi penyebaran resistensi antibiotik seperti berikut      :
  1. Hanya menggunakan antibiotik ketika diresepkan oleh dokter.
Antibiotik sendiri merupakan jenis obat yang perlu resep dokter dan tidak seharusnya orang-orang membeli dan mendapatkannya secara bebas. Sebelum Anda membeli, penting untuk memperoleh anjuran dan petunjuk dari dokter karena kebutuhan setiap orang akan antibiotik jelas berbeda-beda. Tergantung dari kondisi penyakit yang diderita. Jenis antibiotik tidak hanya satu dan   antibiotik mengobati jenis infeksi tertentu tergantung dari bakteri yang menyebabkan penyakit. Sehingga sangat mungkin antibiotik yang anda beli sendiri tidak sesuai  untuk gejala anda . sebagai pasien anda berhak menanyakan kepada dokter mengapa harus meminum antibiotik. Tanyakan pula alternatif pengobatan (jika ada) selain antibiotik. Hal ini penting karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasi menyebabkan resistensi antibiotik. Oleh karena itu jangan sembarangan mengonsumsi antibiotik apalagi membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dokter
  1. Mengikuti saran petugas kesehatan saat anda menggunakan antibiotik.
Minum antibiotik persis sesuai resep dokter. Antibiotik yang diberikan kepada anda telah dirancang untuk menyelesaikan satu episode pengobatan. Jika anda tidak meminumnya dengan benar dan tidak tuntas maka bakteri yang tidak mati karena antibiotik akan terus hidup dan berkembang menjadi bakteri resisten, sehingga saat diberi antibiotik yang sama, anda tidak akan sembuh karena bakteri penyebab infeksi telah menjadi lebih kebal.
  1. Mencegah infeksi secara teratur dengan mencuci tangan
Menjaga  kebersihan tangan merupakan salah satu langkah paling penting yang bisa  dilakukan untuk menghindari sakit dan  penyebaran kuman ke orang lain. Caranya begitu mudah, cukup dengan cuci tangan anda  dengan sabun dan air yang mengalir. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih  tangan yang mengandung minimal 60% alkohol untuk membersihkan tangan. Lakukan pembersihan tangan  secara teratur, terutama  sebelum dan setelah kegiatan tertentu.
Bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotik terjadi begitu cepat, sementara penemuan antibiotik baru untuk melawan bakteri tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama. Sehingga, bijaklah menggunakan antibiotik untuk hidup yang lebih baik.

Sumber.
http://www.fda.gov/drugs/resourcesforyou/consumers/ucm143568.htm, Battle of the Bugs: Fighting Antibiotic Resistance
Share:

0 komentar:

Posting Komentar