Aku mengenalmu minggu-mingu kemarin. aku lupa persisnya. Jelasnya aku mengenalmu lewat buku-buku yang rajin kau bawa setiap minggu pagi ke pinggir lapangan tempat orang-orang kebanyakan berolahraga. Aku bukan orang yang rajin berolahraga cuma sesekali saja kalau ada waktu luang. aku melihatmu repot sekali membawa tumpukan buku, sementara kawanmu sibuk menggelar tikar dan mendirikan spanduk kecil, waktu itu aku belum baca tulisanya. Sekarang aku tau tulisanya adalah silahkan membaca gratis. Waktu itu, aku masih menimbang membantumu atau tidak, aku mengamati gerakmu sebentar, berikutnya kukayuh sepedaku ke arah tempat kau dan kawanmu membereskan buku. Dengan keringat yang belum sempat ku lap dan nafas yang masih belum beraturan, aku mengambil beberapa buku untukku bereskan. “aku bantu bereskan yaa mas, bawa buku sebanyak itu untuk acara apa?” tanyaku dengan senyum sumringah, engkau menjawab dengan ramah, waktu itu katamu, kau dan kawanmu juga beberapa lagi kawanmu yang masih kau tunggu sedang mengadakan perpustakaan di taman, yang terfikir dalam benaku, di dunia yang sudah individualis ini, masih ada orang-orang yang mau repot-repot menyadarkan pentingnya membaca, padahal anak muda jaman sekarang sudah banyak yang bebal dan susah diajak jatuh cinta pada membaca. Aku salut dengan usahamu dan kawan-kawanmu.
Setiap minggu pagi aku jadi lebih rajin bersepeda, alasanya bukan lagi karena untuk kesehatan tapi aku ingin mampir dan membaca buku sambil diskusi kecil denganmu. minggu kedua, aku baru tau kalau namamu adalah Cakra, lahir di Jakarta tapi dialek yang kau gunakan tidak sesongong anak Jakarta pada umumnya, bicaramu tidak pelan tapi tidak juga tinggi, pas. Minggu ketiga dan selanjutnya aku sering ikut membaca bahkan ikut membantu membereskan buku, 30 menit terakhir sering diisi cerita soal buku-buku yang sudah dibaca, aku juga ikut. Walaupun, aku tidak tercatat sebagai anggota komunitas buku tersebut. Sebelumnya aku juga suka membaca, tapi tidak suka berbagi bacaan yang sudah kubaca, aku hanya menjadikan membaca sebagai pelipur lara karena aku tak punya banyak kawan di Jogja, hariku sibuk untuk bekerja dan menyelesaikan pendidikan S2 yang sedang kutempuh. Tapi, bisa di bilang darimu aku jatuh cinta pada diskusi, bagaimana tidak setelah mengenalmu aku jadi punya banyak kawan yang bisa kubagi cerita soal buku-buku yang kemarin sudah kubaca, lebihnya aku bahagia melihat matamu. Aku berterimakasih pada Dewa, Tuhan atau apapun namanya atas setiap perjumpaanku dengan buku-buku dan matamu di minggu pagi.
Jika kalian temui aku sedang membaca, berdiskusi sekaligus sibuk mengamati matanya Cakra, jangan mencela ya, diam saja ikuti barisanku dan duduklah tenang sambil membaca. Tidak ada aturan bagaimana seharusnya kita jatuh cinta pada membaca, boleh melalui siapapun dan dengan perantara apapun, kalau kita cuma sibuk mencela motif, atau mencela jenis bacaan yang kita baca, lalu kapan membacanya? Nunggu semua perdebatan selesai? Kalau begitu kita akan tetap menjadi orang-orang yang tertinggal yang cuma pandai mencela.
0 komentar:
Posting Komentar