Berbagi, Mengabdi, Bersama Membangun Negeri

Kamis, 02 Maret 2017

Bahasa Sasmita dari Burung-Burung Manyar

Oleh : Naufal Wiratama

Bahasa sasmita merupakan pertanda-pertanda yang tertangkap maknanya oleh seseorang yang peka perasaannya. Membaca bahasa sasmita bermakna pula tadabbur terhadap ayat-ayat Kauniyah-Nya (keadaan alam). Membaca bahasa sasmita bermakna pula kontemplasi terhadap ayat-ayat Insaaniyah-Nya (keadaan sosial). Ayat-ayat Qur’aniyah-Nya menjadi al-Hudaa, petunjuk untuk membaca kedua ayat sebelumnya.

Allah menggelari manusia-manusia yang mau dan mampu membaca bahasa sasmita tersebut sebagai Ulil al-Baab. Mereka yang membuka (pintu-pintu) tertutupnya rahasia alam yang telah diciptakan-Nya. Mereka pula yang amar ma’ruf nahi munkaar, yang peka terhadap permasalahan dan keadaan masyarakat, lalu membawa masyarakat tersebut menuju keadaan yang lebih baik. Allah menjanjikan ketinggian derajat sebagai reward  untuk orang-orang yang beriman dan berilmu. Tentunya Ulil al-Baab termasuk golongan ini.

Ploceus Manyar, burung manyar adalah salah satu dari sekian banyak ayat kauniyah-Nya yang dapat kita petik pendidikan darinya. Perilaku yang dramatis bahkan sering tragis dari manyar-manyar jantan.

Kalau mereka sudah akil balik dan menanjak masa mereka berpasangan, kita tahu, dan mereka mulai membangun sarang, terbuat dari alang-alang atau daun-daun tebu atau daun-daun lain yang panjang. Benar-benar ahli dan bersenilah mereka membangun sarang yang rapi serta bercitra perlindungan yang meyakinkan. Itu yang jantan.

Yang betina hanya melihat saja dengan enak-enak santai, tetapi penuh perhatian kepada kesibukan insinyur-insinyur muda itu. Namun mulailah lakon mendramakan diri. Manyar-manyar betina itu menaksir hasil pembangunan para jantan itu, mempertimbangkan sejenak, dan memilih yang berkenan di hati mereka. Berbahagialah yang dipilih itu. Tetapi alangkah sedihnya bagi yang tidak dipilih. Para jantan frustasi.

Inilah yang terjadi. Tak selalu yang diinginkan manusia dapat diraih. Bagi manyar jantan di atas, dia tak mendapati sang betina bertengger elok di sarang yang telah dibuat sang jantan. Kian pudarlah langkah-langkah taktis strategis di masa depan karena langkah-langkahnya hari ini terhambat, tertambat, bahkan tersumbat macet untuk menggapai cita-cita yang diinginkan. Impian bergeser menjadi mitos belaka. Perencanaan yang rapih tertata menjadi rapuh binasa karena berbagai hal. Entah karena cibiran dari kiri-kanan, kritik busuk dan omelan dari atas-bawah. Begitulah dalam kehidupan ini.

Sarang yang sudah selesai itu dilolosi dan dibongkar sehingga semua rusak, lalu segala jerih payah yang gagal itu dibuang ke tanah. Tetapi syukurlah, mereka tidak putus asa. Manyar-manyar jantan yang frustasi tadi mulai mencari alang-alang dan daun-daun tebu lagi dan sekali lagi dari awal mula membangun sarang yang baru, penuh harapan, semoga kali ini berhasil dianugerahi hati berkenan dari seekor betina keraton. Terkadang tak perlu-perlu amat membangun ulang dari nol. Manusia bukan manyar.

Di jalanan, sering kita dihadapkan dengan pertigaan, perempatan, dan sebagainya. Adanya persimpangan jalan agar kita bijak memilih keputusan. Manyar-manyar jantan itu memilih untuk membangun kembali sarangnya. Keputusan yang diambil manyar tidak terlalu besar pengaruhnya bagi kehidupan kita. Manusia bukan manyar.

Keputusan Manyar tidak memengaruhi nasib manusia. Sebaliknya keputusan manusia memengaruhi nasib manyar. Walaupun kita adalah manusia yang mampu memilih dan mengambil keputusan yang berdaulat, kita tidak boleh lupa bahwa kita tertambat dengan alam raya dan dunia flora dan fauna. Juga dengan tanah air dan rakyat. Semoga demikianlah.

Maka, jika kita pernah mengalami kegagalan, semogalah makhluk-makhluk burung mungil yang bernama Ploceus manyar yang sekarang, sayang, namun juga untung bagi pak tani, sudah semakin hilang dari persada bumi Nusantara kita, semogalah burung-burung nakal, namun pewarta hikmah yang indah itu, memberi kekuatan jiwa. Sebab memanglah kita dapat sedih dan marah membongkar segala yang kita anggap gagal, namun semogalah kita memiliki keberanian juga untuk memulai lagi dengan penuh harapan. Terima kasih.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar